Jakarta - Produksi kakao olahan dalam negeri diprediksikan akan mengalami kenaikan pada tahun 2014 sebesar 70 persen dari tahun ini yang hanya sebesar 180 ribu ton.
Direktur Eksekutif Asosiasi Industri Kakao Indonesia (AIKI) Sindra Wijaya mengatakan, produksi kakao yang sebesar 180 ribu ton pada tahun ini dihasilkan oleh 15 produsen kakao, dengan utilisasi produksi rata-rata pabrik di bawah 23 persen.
"Rata-rata produksi pabrik kakao olahan di atas 10 persen, hanya sekira empat perusahaan sisanya di bawah 10 persen dari total kapasitas terpasang,” ucap Sindra, di Jakarta, Kamis (16/12/2010).
Menurut Sindra, peluang untuk mengembangkan kakao olahan di Indonesia masih terbuka. Pasalnya, kata dia, permintaan akan kakao olahan terus mengalami peningkatan sebesar dua sampai empat persen atau sekira 60 ribu-120 ribu ton per tahun.
The International Cocoa Organization (ICCO) mencatat, konsumsi kakao dunia pada tahun 2011 akan mencapai 4,096 juta ton dengan produksi mencapai 4,046 juta ton. "Masih ada kekurangan yang dapat diisi oleh produsen Indonesia," ujar Sindra.
Sementara itu, Sindra menuturkan, peluang ekspor kakao olahan juga masih terbuka untuk negara-negara tujuan seperti India dan China, yang memiliki jumlah penduduk tidak sedikit. “Peluang yang masih bisa diraup sekira 7,5 juta ton per tahun,” kata dia.
Kendati demikian, Sindra menilai masih ada beberapa hal utama yang perlu diperbaiki, yakni masalah infratruktur pendukung seperti listrik, gas, jalan dan pelabuhan, serta konsistensi pemerintah dalam menerapkan bea keluar (BK) kakao.
Selain itu, Sindra menambahkan, dibutuhkan juga dukungan perbankan dari segi pembiayaan. Pemerintah, sambungnya, harus membuat program peningkatan konsumsi kakao dalam negeri.
Sumber: Economy.okezone.com, 16 Desember 2010
0 komentar